Suara Marind

Kasuari Jelmaan Manusia
Home » Cerita Rakyat  » Kasuari Jelmaan Manusia

Di sepanjang tepian Kali Obat, terdapat sebuah desa kecil yang penduduknya dikenal sebagai pemburu ulung. Lelaki-lelaki desa itu terbiasa masuk ke hutan sejak kecil, mencari rusa, burung, dan kasuari untuk kebutuhan hidup mereka. Setiap kali berburu, mereka membawa busur terbaik dan anak panah yang telah diasah tajam agar tak ada buruan yang terlepas.

Suatu hari, lima orang pemburu berangkat ke dalam hutan dengan semangat yang membara. Mereka menyusuri rimbunnya pepohonan, mengendap-endap di antara akar-akar besar, dan berjalan melewati sungai kecil yang mengalir jernih. Mata mereka tajam mengawasi setiap pergerakan di sekitar. Tiba-tiba, salah satu dari mereka melihat sesuatu yang membuatnya terpana.

"Hei, lihat itu!" bisik seorang pemburu sambil menunjuk ke depan.

Di balik semak-semak, seekor kasuari besar berdiri dengan gagah. Namun, ada sesuatu yang berbeda dari burung ini. Ukurannya lebih besar dari kasuari biasa, bulunya tampak lebih tebal dan berkilauan, serta matanya seperti mata manusia yang penuh kesadaran.

Para pemburu saling bertukar pandang. Meski merasa ada yang aneh, naluri berburu mereka lebih kuat. Tanpa berpikir panjang, mereka menarik busur dan melesatkan panah ke arah kasuari itu. Dengan gerakan cepat, kasuari sempat berusaha kabur, namun panah pertama sudah menancap di kakinya. Kasuari itu terjatuh, menggelepar di tanah, dan akhirnya tak bergerak lagi.

Dengan perasaan puas, kelima pemburu mengangkat buruan mereka dan bergegas kembali ke kampung terdekat, Berabeto. Mereka ingin segera merau—membakar bulu kasuari itu sebelum dipotong dan dimasak. Namun, saat api dinyalakan dan mereka hendak memulai proses itu, tiba-tiba angin bertiup kencang, membawa suara aneh yang terdengar seperti bisikan.

"Jangan... jangan lakukan ini..."

Sejenak, mereka saling berpandangan. Salah seorang dari mereka merasa bulu kuduknya berdiri, tetapi yang lain mengabaikannya. Mereka kembali bersiap untuk merau. Namun, sebelum api menyentuh bulu kasuari itu, suara gemuruh terdengar di kejauhan. Tanah seakan bergetar, dan langit yang tadinya cerah berubah mendung dalam sekejap.

"Sa rasa kita harus pergi dari sini dulu," kata seorang pemburu dengan nada was-was.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk membawa kasuari itu ke tempat lain, yakni Bawon. Mereka berharap di sana tidak ada gangguan, dan mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka. Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi.

Saat mereka meletakkan buruan mereka di tanah, kasuari itu mulai bergerak perlahan. Tubuhnya yang tadinya kaku kini melentur, bulu-bulunya berguguran satu per satu, memperlihatkan kulit manusia di baliknya. Dengan mata kepala sendiri, para pemburu melihat kasuari itu berubah menjadi seorang lelaki bertubuh tinggi, dengan kulit kecokelatan dan rambut panjang yang kusut.

Mereka mundur beberapa langkah, ngeri melihat kejadian yang tak masuk akal itu. Lelaki yang baru saja berubah dari kasuari itu menatap mereka sejenak, lalu berjalan menjauh tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Beberapa saat kemudian, lelaki itu tiba di bawah sebuah pohon kemiri. Dengan tenang, ia mulai memetik buah-buah kemiri yang jatuh di tanah. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Seekor anjing pemburu yang ikut bersama para pemburu mencium keberadaannya dan langsung berlari ke arahnya dengan gonggongan keras.

Merasa terancam, lelaki itu tiba-tiba membuka mulutnya lebar-lebar dan berteriak keras:

"Haaaaaaaaakkk!!!"

Suara itu menggema di seluruh hutan. Dalam sekejap, tubuh lelaki itu kembali berubah. Kakinya memanjang, bulu-bulu kasar tumbuh menutupi tubuhnya, dan paruhnya kembali muncul. Dalam waktu sekejap, ia telah berubah kembali menjadi kasuari yang tadi mereka buru.

Tanpa ragu, kasuari itu melompat ke arah anjing yang telah mengganggunya. Dengan paruhnya yang tajam, ia menggigit punggung anjing itu hingga terdengar suara ringkikan kesakitan. Para pemburu yang melihat kejadian itu hanya bisa membeku di tempat mereka berdiri, ketakutan.

Setelah beberapa saat, kasuari itu berlari kencang ke dalam hutan dan menghilang di antara pepohonan, meninggalkan para pemburu dalam kebingungan dan ketakutan yang mendalam.

Sejak kejadian itu, orang-orang di desa sekitar Kali Obat mulai percaya bahwa tidak semua kasuari adalah burung biasa. Beberapa dari mereka mungkin adalah roh penjaga hutan, yang bisa berubah wujud menjadi manusia dan kembali lagi menjadi burung kapan saja.